Pariwaraku.com – Apa yang paling kamu ingat dari gagasan-gagasan Rusdy Mastura. Jika itu dituliskan dalam sebuah buku. Bisa jadi hadir sebagai Nobel Pembangunan millenium.
Rusdy Mastura memang bukan Indira Gandhi. Tetapi prinsipnya, nasionalismenya, dan pemahaman demokrasinya persis Jawarlal Nehru.
“Yang punya modal mawas diri yang belum sejahtera mengembangkan diri. Itulah prinsip ekonomi politik yang saya anut,” tegas Rusdy Mastura.
Menurut Rusdy Mastura, kita butuh modal untuk membuka lapangan kerja tetapi kemampuan rakyat juga harus dikembangkan,” begitulah ungkapan Rusdy Mastura.
“Ekonomi Pancasila. Ekonomi yang memanfaatkan modal dan pasar untuk mengembangkan kesejahteraan rakyat,” begitulah kata Bung Cudi, panggilan para sejawat politiknya.
Pertama kali mendengar nama beliau. Sekitar 10 tahun yang lalu. Saat itu saya baru semester dua di Universitas. Saat itu kampus sedang mengadakan kuliah umum menghadirkan Rusdy Mastura sebagai nara sumber.
“Dunia mengenal peradan Yunani yang masyur, peradaban mesir, peradaban Babilonia, peradaban, Persia dan lain-lain. Kapan kita bangun peradaban melayu? Mimpi saya adalah kebangkitan peradaban Melayu datang dari Sulawesi Tengah,” pukau Rusdy dihadapan civitas akademika yang disambut riuh tepuk tangan.
Beberapa hari kemudian. Saya menerima undangan menghadiri kegiatan organisasi mahasiswa ekstra kampus. Dalam undangan tertera nama Bapak Rusdy Mastura sebagai keynote speaker.
Saya mengamati setiap kata dan ekspresi beliau dari bangku paling belakang. Saat itu namanya santer diberitakan sebagai sosok yang peduli pada kaum dhuafa.
“Hati saya bergetar dan menangis ketika melihat orang miskin. Saya berdoa, ya Allah panjangkan umur saya jadi pemimpin, agar saya bisa berbuat sesuatu untuk saudaraku,” kata Rusdy Mastura.
Dan semua benar. Pada saat istri saya hamil anak pertama. Puskemas Talise menolak uang pembayaran pemeriksaan kehamilan. Padahal, saat itu kami tidak memiliki kartu Jamkesmas.
“Puskesmas ini gratis untuk ibu hamil. Pak Cudi memerintahkan kami jangan pungut biaya orang hamil,” kata seorang perawat.
Saat menjabat Walikota tagline Palu Zero Poverty bergema sebagai motivasi membumi lepas landas. Bung Cudy, mengeluarkan APBD untuk memberi upah kerja pada ribuan rakyat miskin yang masuk dalam program padat karya.
“Palu bersih dan sehat kita kerja bersama nikmati bersama. Untuk semua warganya,” demikian ungkap Bung Cudy.
Saat terakhir bertemu seminggu yang lalu. Semangat yang sama berkumandang di Kota Poso dan Tentena.
Bagi Bung Cudi, kampus-kampus harus diberi hibah provinsi.
“Beri kemerdekaan pada kampus mengembangkan diri dengan anggaran yang dberikan,” pungkasnya.
Rusdy berpendapat, biarkan kampus menjadikan dirinya sebagai pusat pengembangan sumber daya manusia unggul.
“Dari kampus kita bangun peradaban; dari kampus kita kembangkan sumber daya manusia,” tutup Bung Cudy.
Rusdy Mastura memiliki rencana-rencana besar semacam itu yang sudah beliau tuangkan dalam agenda 7 Restorasi Sulteng pada pilkada Gubernur 2020.
Penulis – Andika Ndika