Pariwaraku.com – Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila Bambang Soesatyo mengingatkan memburuknya kondisi perekonomian negara-negara maju seperti Amerika dan China, bisa berdampak pada kinerja ekonomi domestik, misalnya di sektor ekspor. Survei Reuters menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2022 diproyeksikan lambat dan hanya mencapai 3,2 persen, jauh dibawah target sebesar 5,5 persen. Kondisi tersebut akan berpengaruh bagi Indonesia, mengingat 33,8 persen impor Indonesia bersumber dari Tiongkok, dan 21,8 persen tujuan ekspor Indonesia juga ke Tiongkok. Dari sisi nilai investasi, BPS mencatat nilai investasi Tiongkok pada periode 2016 hingga 2020 meningkat dari 2,6 miliar US dolar menjadi 4,8 miliar US dollar.
Dengan tingginya angka ketergantungan ekonomi Indonesia pada berbagai entitas internasional, dapat dipastikan bahwa setiap ancaman krisis global akan selalu berdampak nyata pada perekonomian nasional, baik secara langsung maupun tidak langsung. Karenanya perlu dipertimbangkan berbagai langkah antisipasi. Pertama, mendorong kinerja ekspor dengan diversifikasi negara-negara tujuan ekspor, di samping diversifikasi produk-produk ekspor. Kedua, sinergi yang selaras dan saling menopang antara kebijakan fiskal oleh Kementerian Keuangan dan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia, khususnya dalam menjaga nilai tukar rupiah, mengendalikan inflasi dan memberikan stimulus moneter untuk dunia usaha.
“Ketiga, pemberdayaan UMKM sebagai sendi perekonomian nasional. UMKM memiliki kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional, dengan kemampuan menyerap 97 persen dari total tenaga kerja yang ada serta dapat menghimpun sampai 60,4 persen dari total investasi. Keberpihakan kepada UMKM tidak hanya diwujudkan melalui stimulus kebijakan, namun juga mendorong kemampuan UMKM untuk bersaing di era disrupsi. Karena meskipun lebih dari 99 persen perekonomian nasional ditopang oleh UMKM, namun pada kenyataannya, baru 24 persen pelaku UMKM yang telah memanfaatkan platform digital dalam menjalankan usahanya,” ujar Bamsoet dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan SAPMA Pemuda Pancasila Kota Bandung, bekerja sama dengan Universitas Pasundan, secara virtual dari Jakarta, Senin (12/12/22).
Turut hadir antara lain, Wakil Rektor III Universitas Pasundan Deden Ramdan beserta segenap jajaran dan civitas akademika Universitas Pasundan, serta Ketua Pengurus Cabang Satuan Siswa Pelajar dan Mahasiswa (SAPMA) Pemuda Pancasila Kota Bandung Donny Febrian.
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, komunitas global saat ini sedang berjibaku menghadapi berbagai ancaman krisis yang ditandai oleh perlambatan perekonomian dunia. IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini hanya sebesar 3,2 persen, dan diperkirakan akan semakin melemah pada tahun 2023 dengan proyeksi sebesar 2,7 persen. Bank Dunia juga memperkirakan produk domestik bruto (PDB) dunia akan menyusut menjadi 0,5 persen setelah terkontraksi 0,4 persen.
Kondisi perekonomian global juga terancam oleh lonjakan inflasi, atau bahkan inflasi yang super tinggi di beberapa negara. Krisis energi, krisis pangan, dan krisis keuangan global menyebabkan lebih dari 60 negara terancam akan mengalami kebangkrutan ekonomi dan ambruk. Sedangkan 28 negara tercatat telah mengajukan permintaan bantuan keuangan ke Dana Moneter Internasional (IMF).